I. Apa yang dimaksud dengan MKM (Managemen Kasus di Masyarakat)

Managemen Terpadu Balita Sakit di Masyarakat(MTBS-M)merupakan suatu pendekatan yang dapat di lakukan di masyarakat pada level rumah tangga untuk membantu penanganan kasus penyakit pada balita. dari beberapa penyakit yang ada di masyarakat ada penyakit yang sangat segera membutuhkan penanganan. bila terlambat di beri pengobatan di khuatirkan menyebabkan kematian dan kecacatan pada bayi atau balita tersebut. seperti penyakit: Peneumonia, diare, infeksi neonatus, malaria dan infeksi berat lainnya.
beruntung bila keluarga tersebut berada di wilayah yang dekat dengan fasilitas kesehatan, mungkin keadaan sakit berat tersebut dapat di tangani di fasilitas kesehatan tersebut. Tapi bagaimana dengan masyarakat yang berada jauh dari fasilitas kesehatan., maka dengan menerapkan MKM di harapkan adanya anggota masyarakat yang dapat memberikan bantuan segera terhadap penyakit berat tersebut dan menyelamatkan balita dari kecacatan dan kematian.

II. siapa yang dapat melakukan MKM

Read More......
Read Comments

SPONDILITIS TUBERKULOSIS

I. PENDAHULUAN
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa 1,9 milyar manusia, sepertiganya penduduk dunia ini, telah terinfeksi kuman Micobacterium tuberculosis. Angka infeksi tertinggi di Asia Tenggara, Cina, India, Afrika, dan Amerika Latin. Tuberkulosis terutama menonjol di populasi yang mengalami stres, nutrisi jelek, penuh sesak, perwatan kesehatan yang tidak cukup, dan perpindahan tempat. Pada orang dewasa, dua pertiga kasus terjadi pada orang laki-laki, tetapi ada sedikit dominasi tuberkulosis pada wanita di masa anak
Frekuensi tuberkulosis terjadi pada orang tua populasi kulit putih di Amerika Serikat. Sebaliknya, pada populasi kulit berwarna tuberkulosis paling sering pada orang dewasa muda dan anak-anak umur kurang dari lima tahun. Kisaran umur 5-14 tahun sering disebut “umur kesayangan” karena pada semua populasi manusia kelompok ini mempunyai frekuensi penyakit tuberkulosis yang terendah. Di Amerika Serikat, seperlima dari kasus baru tuberkulosis dihubungkan dengan penyakit ekstrapulmoner. Tuberkulosis telah dilaporkan terdapat pada seluruh tulang di tubuh. Di Amerika, penyakit ini melibatkan tulang vertebra pada 50 % pasien (vertebra torakal pada 50 %, vertebra servikal 25 %, dan vertebra lumbal 25 %), pelvis pada 12 % pasien, panggul dan paha pada 10 %, lutut dan tungkai bawah 10 %, tulang iga 7 %, pergelangan kaki 2 %, siku 2 %, dan tempat lain 3 %. Tuberkulosis ekstrapulmoner lebih sering terjadi pada anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa yaitu sekitar sepertiga dari anak-anak dengan tuberkulosis punya manifestasi ekstrapulmoner. Spinal tuberkulosis telah dikenal sejak zaman kuno di Egyp & Peru dan penyakit ini merupakan salah satu penyakit tertua pada manusia yang pernah ditemukan. Percival Pott mempresentasikan tentang spinal tuberkulosis pada tahun 1779. dan sejak adanya obat antituberkulosis dan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, spinal tuberkulosis menjadi jarang dijumpai. Spinal tuberkulosis dapat menyebabkan morbiditas yang serius, termasuk defisit neurologis yang permanen deformitas berat. Pengobatan medis atau kombinasi medis dan pembedahan dapat mengontrol penyakit ini pada banyak pasien. II. DEFINISI Spondilitis Tuberkulosa ialah suatu bentuk infeksi tuberkulosis ekstrapulmoner yang mengenai tulang belakang (vertebra). Infeksi mulai dari korpus vertebra, menjalar ke diskus intervertebralis dan kemudian mencapai alat-alat dan jaringan di dekatnya. Walaupun Spondilitis Tuberkulosa dapat berkembang di tiap korpus vertebra, namun menurut statistik lokalisasi di vertebra torakal adalah paling umum (35 %). Lokalisasi di tingkat lumbal terdapat pada 31 % penderita. Dan di tingkat torakolumbal (T12- L1) adalah sebesar 23 %. III. PATOGENESIS Spondilitis tuberkulosa merupakan kelanjutan dari penyebaran kuman tuberkulosa yang sudah bermukim di tubuh, misalnya di paru atau kelenjar getah bening. Penyebaran itu berlangsung melalui aliran darah arteri vertebralis. Kuman tuberkulosa pertama bersarang di korpus vertebra. Sarang itu terletak dekat lapisan epifisial atas atau bawah. Erosi yang terjadi akibat perkembangan sarang tuberkulosa itu merusak korpus vertebra dan menjebolkan diskus intervertebralis ke dalam kanalis vertebralis. Konsekuensinya ialah deformitas tulang belakang setempat sehingga timbul gibusdan timbulnya penekanan pada medula spinalis akibat proses tuberkulosa itu berada di salah satu korpus vertebra. Bila ligamentum longitudenal posterior saja yang terkena maka proses itu dapat berkembang di bagian itu saja tanpa merusak tulang belakang. Dalam hal itu foto rontgen memperlihatkan tulang belakang yang normal, tapi pasien bisa berada dalam keadaan paraplegi akibat penekanan terhadap medula spinalis. Gibus tidak selamanya disertai penjebolan diskus intervertebralis, sehingga tidak timbul kompresi medula spinalis. Gibus itu disebut gibus yang terkompensasi. Bila yang rusak hanya sebuah korpus vertebra saja, lengkungan yang terjadi runcing bentuknya. Gibus yang runcing ini disebut gibus angularis. Bila yang mengalami kerusakan lebih dari satu vertebra, gibus yang terjadi berbentuk seperti busur dan dinamakan gibus arkuatus. Sebagai proses kelanjutan dapat berkembang abses yang pada mulanya merupakan tempat hancurnya jaringan yang terkena proses tuberkulosa. Semain hancur maka terjadilah abses yang pada permulaan menjebol ke anterior dan ke samping korpus vertebra. Kemudian dapat terjadi perluasan ke bawah atau menjebol ke posterior di sela subdural. Penjebolan ke belakang di sela subdural inilah yang mengakibatkan paraplegi. Abses paravertebral itu bisa menurun dan tiba di tepat origo otot psoas, lalu berkembang di dalam sarung otot tersebut dan akhirnya tiba di bawah ligamentum Poupart. Pada tempat ini ia dapat salah didiagnosa sebagai hernia. Ia pun dapat menurun sampai ke pelvis dan menjebol di daerah gluteus dan menurun ke bagian lateral paha. Di sini ia dapat salah didiagnosa sebagai lipoma. IV. MANIFESTASI KLINIS Tuberkulosis pada tulang belakang tidak tampak pada tahun pertama kehidupan. Mulai timbul setelah anak belajar berjalan dan melompat. Kemudian terjadi pada semua umur. · Keluhan yang paling dini berupa rasa pegal di punggung yang belum jelas lokalisasinya. Kemudian terasa nyeri sejenak kalau badan digerakkan atau tergerak, yang tidak lama berikutnya akan jelas lokalisasinya karena nyerinya lebih mudah timbul dan lebih keras intensitasnya. Pada tahap yang agak lanjut nyeri di punggung itu ditambah dengan nyeri interkostal yang bersifat radikular. Nyeri itu terasa bertolak dari ruas tulang belakang dan menjalar sejajar dengan iga ke dada dan berhenti tepat di garis tengah dada. Untuk mengurangi keadaan ini anak menarik punggungnya kuat-kuat. Anak menghindari penekukan tubuh waktu mengambil sesuatu di lantai. Jika terpaksa dia hanya menekukkan lututnya untuk menjaga punggungnya tetap lurus. Rasa nyeri akan membaik bila dia beristirahat. · Tanda-tanda pada tingkatan yang berbeda : Ø Pada leher, jika mengenai vertebra servikal penderita tidak suka memutar kepalanya dan duduk dengan meletakkan dagu di tangannya. Dia akan merasa nyeri pada leher atau pundaknya. Jika terjadi abses, pembengkakan dengan fluktuasi yang ringan akan tampak pada sisi yang sama pada leher di belakang otot sternomastoid atau tonjolan pada bagian belakang mulut (faring). Ø Pada punggung bawah sampai iga terakhir (regio toraks). Dengan adanya penyakit pada regio ini, penderita memiliki punggung yang besar. Dalam gerakan memutar dia lebih sering menggerakkan kakinya daripada mengayunkan pinggulnya. Saat memungut sesuatu dari lantai dia menekuk lututnya sementara punggungnya tetap lurus. Kemudian akan terdapat pembengkakan atau lekukan yang nyata pada tulang belakang (gibus) diperlihatkan dengan korpus vertebra yang terlipat. Ø Jika abses ini menjalar menuju dada bagian kanan dan kiri serta akan muncul sebagai pembengkakan yang lunak pada dinding dada (abses dingin yang sama dapat menyebabkan tuberkulosis kelenjar getah bening interkosta). Jika menuju ke punggung dapat menekan serabut saraf spinal yang menyebabkan paralisis. Ø Saat tulang belakang yang terkena lebih rendah dari dada (regio lumbal), di mana juga berada di bawah serabut saraf spinal, pus juga dapat menjalar pada otot sebagaimana pada tingkat yang lebih tinggi. Jika ini terjadi akan tampak sebagai pembengkakan lunak di atas atau di bawah ligamentum pada lipat paha atau di bawahnya tetap pada sisi dalam dari paha (abses psoas). Pada keadaan yang jarang pus dapat berjalan menuju pelvis dan mencapai permukaan belakang sendi panggul. (Pada negara-negara dengan prevalensi tinggi 1 dari 4 penderita dengan tuberkulosis tulang belakang mempunyai abses yang dapat diraba.) Ø Pada pasien-pasien dengan malnutrisi akan didapatkan demam (kadang-kadang demam tinggi), kehilangan berat badan dan kehilangan nafsu makan. Di beberapa negara Afrika juga didapati pembesaran kelenjar getah bening, tuberkel subkutan, pembesaran hati dan limpa. Ø Pada penyakit-penyakit yang lanjut mungkin tidak hanya terdapat gibus (angulasi dari tulang belakang), juga terdapat kelemahan dari anggota badan bawah dan paralisis (paraplegi) akibat tekanan pada serabut saraf spinal atau pembuluh darah. V. PEMERIKSAAN A. Pemeriksaan fisis Tujuan pemeriksaan fisis : - Untuk menemukan tanda-tanda spinal tuberkulosis - Untuk melokalisasi lesi yang ada - Untuk menemukan komplikasinya seperti abses dingin atau paraplegi Pemeriksaan fisis yang sistematis pada kasus sangkaan spinal tuberkulosis : v Gaya berjalan. Pasien dengan spinal tuberkulosis berjalan dengan langkah-langkah pendek untuk menghindari sentakan pada tulang belakang. v Sikap tubuh dan deformitas. Pasien dengan tuberkulosis servikal memiliki leher yang kaku, pasien dengan tuberkulosis spinal dorsalis, terdapat gibus. v Paravertebral bengkak, kemerahan dapat ditemukan pada abses dingin yang superfisial. Pemeriksaan neurologis perlu dilakukan pada daerah diatas dan di bawah lesi, juga pemeriksaan fungsi motorik, sensorik, dan refleks diperlukan untuk menilai fungsi kemih dan defekasi. Tujuan pemeriksaan neurologis adalah untuk menemukan ada tidaknya kompresi neurologis, tingkat kompresi neurologi, dan tingkat keparahan kompresi neurologis. B. Pemeriksaan penunjang v Pemeriksaan laboratorium : o Tuberkulin skin test menunjukkan hasil yang positif pada 84-95% pasien dengan HIV negatif. o Laju endap darah dapat meningkat lebih dari 100 mm/jam o Pemeriksaan mikrobiologi BTA, kultur dan test sensitivitas v Pemeriksaan radiologi : · Foto polos dapat menunjukkan gambaran khas tuberkulosis spinal : o Destruksi lisis dari bagian anterior vertebra o Penyempitan diskus intervertebralis bagian anterior o Korpus vertebra hancur o Tampak sklerosis pada proses lisis yang progresif o Osteoporosis pada lapisan bawah vertebra o Pembesaran bayangan psoas dengan atau tanpa kalsifikasi o Diskus interventrebral menyusup atau hancur · CT-scan dapat memberi gambaran lebih baik dari tulang dengan lesi lisis irreguler, sklerosis, kolaps diskus, dapat memberi gambaran jaringan lunak yang lebih baik, terutama daerah epidural dan paraspinl. Dapat mendeteksi lesi yang dini dan lebih efektif mendefenisikan bentuk dan kalsifikasi dari abses. · MRI merupakan kriteria standar untuk mengevaluasi infeksi pada rongga diskus dan osteomielitis dari spinal dan paling efektif untuk menunjukkan perluasan penyakit ini ke jaringan lunak dan penjalaran debris tuberkulosa ke ligamen longitudinal anterior dan posterior. MRI paling efektif untuk melihat kompresi neural. v Biopsi jarum juga membantu kasus yang sulit tetapi memerlukan pengalaman dan ilmu jaringan yang baik. VI. KOMPLIKASI Komplikasi timbul sebagai manifestasi dari kompresi medula spinalis, yang berupa refleks tendon yang meninggi dan refleks Babinski yang positif, sekalipun penderitanya belum mengeluh bahwa kedua tungkainya agak lemah (paraparese ringan) atau mengeluh bahwa gaya berjalannya kurang mantap. VII. DIAGNOSA BANDING 1. Traumatik 2. Myeloma 3. Diskus prolaps 4. Ankylosing spondilitis 5. Tumor spinal VIII. PENATALAKSANAAN Sebelum ditemukannya pengobatan antituberkulosa, spondilitis tuberkulosis diterapi dengan immobilisasi pada tirah baring yang lama. Frekuensi mortalitasnya ± 20 %, dan kekambuhan ± 30 %. Gabungan pengobatan dan pembedahan pada pasien sudah dikembangkan. British Medical Research Council menyatakan bahwa spondilitis tuberkulosa harus diterapi dengan regimen pengobatan kombinasi tiga obat anti tuberkulosa selama 6-9 bulan. Pada daerah dengan resisten INH, digunakan regimen empat obat. Regimen tiga obat tersebut adalah INH, Rifampicin dan Pirazinamide. Lamanya pengobatan masih kontroversial. Walaupun penelitian menganjurkan selama 6-9 bulan, tetapi yang masih lazim dipakai sekarang adalah pengobatan selama 9-12 bulan. Jadi lamanya pengobatan bersifat individual dan tergantung kepada penyembuhan dari gejala aktif dan stabilitas gejala klinis dari pasien. Indikasi pembedahan pada spondilitis tuberkulosis adalah : 1. Adanya defisit neurologis (kemunduran neurologis akut, paraparese, paraplegi) 2. Deformitas spinal yang tidak stabil 3. Tidak respons dengan terapi medis IX. PROGNOSA · Tingkat efektifitas terapi tinggi jika tidak terdapat komplikasi deformitas berat dan defisit neurologis. · Paraplegi yang dihasilkan dari kompresi medula spinalis biasanya punya respons yang baik terhadap pengobatan antituberkulosa. · Jika terapi medis tidak berhasil, operasi dekompresi akan meningkatkan angka kesembuhan. · Paraplegi dapat muncul dan menetap pada kerusakan medula spinalis yang permanen

Read More......
Read Comments

I. PENDAHULUAN
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa 1,9 milyar manusia, sepertiganya penduduk dunia ini, telah terinfeksi kuman Micobacterium tuberculosis. Angka infeksi tertinggi di Asia Tenggara, Cina, India, Afrika, dan Amerika Latin. Tuberkulosis terutama menonjol di populasi yang mengalami stres, nutrisi jelek, penuh sesak, perwatan kesehatan yang tidak cukup, dan perpindahan tempat. Pada orang dewasa, dua pertiga kasus terjadi pada orang laki-laki, tetapi ada sedikit dominasi tuberkulosis pada wanita di masa anak
Frekuensi tuberkulosis terjadi pada orang tua populasi kulit putih di Amerika Serikat. Sebaliknya, pada populasi kulit berwarna tuberkulosis paling sering pada orang dewasa muda dan anak-anak umur kurang dari lima tahun. Kisaran umur 5-14 tahun sering disebut “umur kesayangan” karena pada semua populasi manusia kelompok ini mempunyai frekuensi penyakit tuberkulosis yang terendah. Di Amerika Serikat, seperlima dari kasus baru tuberkulosis dihubungkan dengan penyakit ekstrapulmoner. Tuberkulosis telah dilaporkan terdapat pada seluruh tulang di tubuh. Di Amerika, penyakit ini melibatkan tulang vertebra pada 50 % pasien (vertebra torakal pada 50 %, vertebra servikal 25 %, dan vertebra lumbal 25 %), pelvis pada 12 % pasien, panggul dan paha pada 10 %, lutut dan tungkai bawah 10 %, tulang iga 7 %, pergelangan kaki 2 %, siku 2 %, dan tempat lain 3 %. Tuberkulosis ekstrapulmoner lebih sering terjadi pada anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa yaitu sekitar sepertiga dari anak-anak dengan tuberkulosis punya manifestasi ekstrapulmoner. Spinal tuberkulosis telah dikenal sejak zaman kuno di Egyp & Peru dan penyakit ini merupakan salah satu penyakit tertua pada manusia yang pernah ditemukan. Percival Pott mempresentasikan tentang spinal tuberkulosis pada tahun 1779. dan sejak adanya obat antituberkulosis dan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, spinal tuberkulosis menjadi jarang dijumpai. Spinal tuberkulosis dapat menyebabkan morbiditas yang serius, termasuk defisit neurologis yang permanen deformitas berat. Pengobatan medis atau kombinasi medis dan pembedahan dapat mengontrol penyakit ini pada banyak pasien. II. DEFINISI Spondilitis Tuberkulosa ialah suatu bentuk infeksi tuberkulosis ekstrapulmoner yang mengenai tulang belakang (vertebra). Infeksi mulai dari korpus vertebra, menjalar ke diskus intervertebralis dan kemudian mencapai alat-alat dan jaringan di dekatnya. Walaupun Spondilitis Tuberkulosa dapat berkembang di tiap korpus vertebra, namun menurut statistik lokalisasi di vertebra torakal adalah paling umum (35 %). Lokalisasi di tingkat lumbal terdapat pada 31 % penderita. Dan di tingkat torakolumbal (T12- L1) adalah sebesar 23 %. III. PATOGENESIS Spondilitis tuberkulosa merupakan kelanjutan dari penyebaran kuman tuberkulosa yang sudah bermukim di tubuh, misalnya di paru atau kelenjar getah bening. Penyebaran itu berlangsung melalui aliran darah arteri vertebralis. Kuman tuberkulosa pertama bersarang di korpus vertebra. Sarang itu terletak dekat lapisan epifisial atas atau bawah. Erosi yang terjadi akibat perkembangan sarang tuberkulosa itu merusak korpus vertebra dan menjebolkan diskus intervertebralis ke dalam kanalis vertebralis. Konsekuensinya ialah deformitas tulang belakang setempat sehingga timbul gibusdan timbulnya penekanan pada medula spinalis akibat proses tuberkulosa itu berada di salah satu korpus vertebra. Bila ligamentum longitudenal posterior saja yang terkena maka proses itu dapat berkembang di bagian itu saja tanpa merusak tulang belakang. Dalam hal itu foto rontgen memperlihatkan tulang belakang yang normal, tapi pasien bisa berada dalam keadaan paraplegi akibat penekanan terhadap medula spinalis. Gibus tidak selamanya disertai penjebolan diskus intervertebralis, sehingga tidak timbul kompresi medula spinalis. Gibus itu disebut gibus yang terkompensasi. Bila yang rusak hanya sebuah korpus vertebra saja, lengkungan yang terjadi runcing bentuknya. Gibus yang runcing ini disebut gibus angularis. Bila yang mengalami kerusakan lebih dari satu vertebra, gibus yang terjadi berbentuk seperti busur dan dinamakan gibus arkuatus. Sebagai proses kelanjutan dapat berkembang abses yang pada mulanya merupakan tempat hancurnya jaringan yang terkena proses tuberkulosa. Semain hancur maka terjadilah abses yang pada permulaan menjebol ke anterior dan ke samping korpus vertebra. Kemudian dapat terjadi perluasan ke bawah atau menjebol ke posterior di sela subdural. Penjebolan ke belakang di sela subdural inilah yang mengakibatkan paraplegi. Abses paravertebral itu bisa menurun dan tiba di tepat origo otot psoas, lalu berkembang di dalam sarung otot tersebut dan akhirnya tiba di bawah ligamentum Poupart. Pada tempat ini ia dapat salah didiagnosa sebagai hernia. Ia pun dapat menurun sampai ke pelvis dan menjebol di daerah gluteus dan menurun ke bagian lateral paha. Di sini ia dapat salah didiagnosa sebagai lipoma. IV. MANIFESTASI KLINIS Tuberkulosis pada tulang belakang tidak tampak pada tahun pertama kehidupan. Mulai timbul setelah anak belajar berjalan dan melompat. Kemudian terjadi pada semua umur. · Keluhan yang paling dini berupa rasa pegal di punggung yang belum jelas lokalisasinya. Kemudian terasa nyeri sejenak kalau badan digerakkan atau tergerak, yang tidak lama berikutnya akan jelas lokalisasinya karena nyerinya lebih mudah timbul dan lebih keras intensitasnya. Pada tahap yang agak lanjut nyeri di punggung itu ditambah dengan nyeri interkostal yang bersifat radikular. Nyeri itu terasa bertolak dari ruas tulang belakang dan menjalar sejajar dengan iga ke dada dan berhenti tepat di garis tengah dada. Untuk mengurangi keadaan ini anak menarik punggungnya kuat-kuat. Anak menghindari penekukan tubuh waktu mengambil sesuatu di lantai. Jika terpaksa dia hanya menekukkan lututnya untuk menjaga punggungnya tetap lurus. Rasa nyeri akan membaik bila dia beristirahat. · Tanda-tanda pada tingkatan yang berbeda : Ø Pada leher, jika mengenai vertebra servikal penderita tidak suka memutar kepalanya dan duduk dengan meletakkan dagu di tangannya. Dia akan merasa nyeri pada leher atau pundaknya. Jika terjadi abses, pembengkakan dengan fluktuasi yang ringan akan tampak pada sisi yang sama pada leher di belakang otot sternomastoid atau tonjolan pada bagian belakang mulut (faring). Ø Pada punggung bawah sampai iga terakhir (regio toraks). Dengan adanya penyakit pada regio ini, penderita memiliki punggung yang besar. Dalam gerakan memutar dia lebih sering menggerakkan kakinya daripada mengayunkan pinggulnya. Saat memungut sesuatu dari lantai dia menekuk lututnya sementara punggungnya tetap lurus. Kemudian akan terdapat pembengkakan atau lekukan yang nyata pada tulang belakang (gibus) diperlihatkan dengan korpus vertebra yang terlipat. Ø Jika abses ini menjalar menuju dada bagian kanan dan kiri serta akan muncul sebagai pembengkakan yang lunak pada dinding dada (abses dingin yang sama dapat menyebabkan tuberkulosis kelenjar getah bening interkosta). Jika menuju ke punggung dapat menekan serabut saraf spinal yang menyebabkan paralisis. Ø Saat tulang belakang yang terkena lebih rendah dari dada (regio lumbal), di mana juga berada di bawah serabut saraf spinal, pus juga dapat menjalar pada otot sebagaimana pada tingkat yang lebih tinggi. Jika ini terjadi akan tampak sebagai pembengkakan lunak di atas atau di bawah ligamentum pada lipat paha atau di bawahnya tetap pada sisi dalam dari paha (abses psoas). Pada keadaan yang jarang pus dapat berjalan menuju pelvis dan mencapai permukaan belakang sendi panggul. (Pada negara-negara dengan prevalensi tinggi 1 dari 4 penderita dengan tuberkulosis tulang belakang mempunyai abses yang dapat diraba.) Ø Pada pasien-pasien dengan malnutrisi akan didapatkan demam (kadang-kadang demam tinggi), kehilangan berat badan dan kehilangan nafsu makan. Di beberapa negara Afrika juga didapati pembesaran kelenjar getah bening, tuberkel subkutan, pembesaran hati dan limpa. Ø Pada penyakit-penyakit yang lanjut mungkin tidak hanya terdapat gibus (angulasi dari tulang belakang), juga terdapat kelemahan dari anggota badan bawah dan paralisis (paraplegi) akibat tekanan pada serabut saraf spinal atau pembuluh darah. V. PEMERIKSAAN A. Pemeriksaan fisis Tujuan pemeriksaan fisis : - Untuk menemukan tanda-tanda spinal tuberkulosis - Untuk melokalisasi lesi yang ada - Untuk menemukan komplikasinya seperti abses dingin atau paraplegi Pemeriksaan fisis yang sistematis pada kasus sangkaan spinal tuberkulosis : v Gaya berjalan. Pasien dengan spinal tuberkulosis berjalan dengan langkah-langkah pendek untuk menghindari sentakan pada tulang belakang. v Sikap tubuh dan deformitas. Pasien dengan tuberkulosis servikal memiliki leher yang kaku, pasien dengan tuberkulosis spinal dorsalis, terdapat gibus. v Paravertebral bengkak, kemerahan dapat ditemukan pada abses dingin yang superfisial. Pemeriksaan neurologis perlu dilakukan pada daerah diatas dan di bawah lesi, juga pemeriksaan fungsi motorik, sensorik, dan refleks diperlukan untuk menilai fungsi kemih dan defekasi. Tujuan pemeriksaan neurologis adalah untuk menemukan ada tidaknya kompresi neurologis, tingkat kompresi neurologi, dan tingkat keparahan kompresi neurologis. B. Pemeriksaan penunjang v Pemeriksaan laboratorium : o Tuberkulin skin test menunjukkan hasil yang positif pada 84-95% pasien dengan HIV negatif. o Laju endap darah dapat meningkat lebih dari 100 mm/jam o Pemeriksaan mikrobiologi BTA, kultur dan test sensitivitas v Pemeriksaan radiologi : · Foto polos dapat menunjukkan gambaran khas tuberkulosis spinal : o Destruksi lisis dari bagian anterior vertebra o Penyempitan diskus intervertebralis bagian anterior o Korpus vertebra hancur o Tampak sklerosis pada proses lisis yang progresif o Osteoporosis pada lapisan bawah vertebra o Pembesaran bayangan psoas dengan atau tanpa kalsifikasi o Diskus interventrebral menyusup atau hancur · CT-scan dapat memberi gambaran lebih baik dari tulang dengan lesi lisis irreguler, sklerosis, kolaps diskus, dapat memberi gambaran jaringan lunak yang lebih baik, terutama daerah epidural dan paraspinl. Dapat mendeteksi lesi yang dini dan lebih efektif mendefenisikan bentuk dan kalsifikasi dari abses. · MRI merupakan kriteria standar untuk mengevaluasi infeksi pada rongga diskus dan osteomielitis dari spinal dan paling efektif untuk menunjukkan perluasan penyakit ini ke jaringan lunak dan penjalaran debris tuberkulosa ke ligamen longitudinal anterior dan posterior. MRI paling efektif untuk melihat kompresi neural. v Biopsi jarum juga membantu kasus yang sulit tetapi memerlukan pengalaman dan ilmu jaringan yang baik. VI. KOMPLIKASI Komplikasi timbul sebagai manifestasi dari kompresi medula spinalis, yang berupa refleks tendon yang meninggi dan refleks Babinski yang positif, sekalipun penderitanya belum mengeluh bahwa kedua tungkainya agak lemah (paraparese ringan) atau mengeluh bahwa gaya berjalannya kurang mantap. VII. DIAGNOSA BANDING 1. Traumatik 2. Myeloma 3. Diskus prolaps 4. Ankylosing spondilitis 5. Tumor spinal VIII. PENATALAKSANAAN Sebelum ditemukannya pengobatan antituberkulosa, spondilitis tuberkulosis diterapi dengan immobilisasi pada tirah baring yang lama. Frekuensi mortalitasnya ± 20 %, dan kekambuhan ± 30 %. Gabungan pengobatan dan pembedahan pada pasien sudah dikembangkan. British Medical Research Council menyatakan bahwa spondilitis tuberkulosa harus diterapi dengan regimen pengobatan kombinasi tiga obat anti tuberkulosa selama 6-9 bulan. Pada daerah dengan resisten INH, digunakan regimen empat obat. Regimen tiga obat tersebut adalah INH, Rifampicin dan Pirazinamide. Lamanya pengobatan masih kontroversial. Walaupun penelitian menganjurkan selama 6-9 bulan, tetapi yang masih lazim dipakai sekarang adalah pengobatan selama 9-12 bulan. Jadi lamanya pengobatan bersifat individual dan tergantung kepada penyembuhan dari gejala aktif dan stabilitas gejala klinis dari pasien. Indikasi pembedahan pada spondilitis tuberkulosis adalah : 1. Adanya defisit neurologis (kemunduran neurologis akut, paraparese, paraplegi) 2. Deformitas spinal yang tidak stabil 3. Tidak respons dengan terapi medis IX. PROGNOSA · Tingkat efektifitas terapi tinggi jika tidak terdapat komplikasi deformitas berat dan defisit neurologis. · Paraplegi yang dihasilkan dari kompresi medula spinalis biasanya punya respons yang baik terhadap pengobatan antituberkulosa. · Jika terapi medis tidak berhasil, operasi dekompresi akan meningkatkan angka kesembuhan. · Paraplegi dapat muncul dan menetap pada kerusakan medula spinalis yang permanen.

Read More......
Read Comments

Kelas Ibu Hamil.

Pendahuluan

Ibu hamil dan anak balita merupakan salah satu kelompok paling beresiko terkena bermacam gangguan kesehatan (kesakitan dan kematian). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Ibu di Indonesia sebesar 226/100.000 Kelahiran Hidup. Dengan angka tersebut, secara matematis dapat diartikan bahwa dalam setiap jamnya terjadi 1 kematian ibu di Indonesia., atau 24 kematian ibu perhari, 98 kematian ibu perminggu. Ini suatu angka kematian yang fantastis untuk ukuran era globalisasi, oleh karena itu kita harus berupaya untuk menurunkannya.





Salah satu tool (alat) program kesehatan yang diharapkan turut berperan dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat kehamilan, persalinan dan nifas adalah buku Kesehatan Ibu dan Anak (buku KIA). Buku KIA adalah suatu buku yang berisi catatan kesehatan Ibu dan Anak serta informasi cara menjaga kesehatan dan mengatasi anak sakit. Namun tidak semua ibu mau/bisa membaca buku KIA, Penyebabnya bermacam-macam, ada ibu yang tidak punya waktu untuk membaca buku KIA, atau malas membaca buku KIA, sulit mengerti isi buku KIA, ada pula ibu yang tidak dapat membaca. Oleh sebab itu ibu hamil perlu diajari tentang isi buku KIA dan cara menggunakan buku KIA. Salah satu solusinya yaitu melalui penyelenggaraan Kelas Ibu Hamil untuk ibu hamil, sedangkan 'Kelas Ibu Balita' untuk ibu yang mempunyai anak Balita.


Apakah Kelas Ibu Hamil?

Kelas Ibu Hamil merupakan suatu aktifitas belajar kelompok dalam kelas dengan anggota beberapa ibu hamil dibawah bimbingan satu atau beberapa fasilitator (pengajar) dengan memakai buku KIA sebagai alat pembelajaran.



Tujuan Kelas Ibu Hamil

Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, merubah sikap dan perilaku ibu hamil tentang kehamilan, persalinan, perawatan nifas dan perawatan bayi baru lahir.


Manfaat Kelas Ibu Hamil

Bagi ibu hamil dan keluarganya: merupakan sarana untuk mendapatkan teman, bertanya, memperoleh informasi penting yang harus dipraktekkan, serta membantu ibu dalam menghadapi persalinan dengan aman dan nyaman.

Bagi petugas kesehatan: lebih mengetahui tentang kesehatan ibu hamil dan keluarganya serta dapat menjalin hubungan yang lebih erat dengan ibu hamil serta keluarganya dan masyarakat.


Konsep pelaksanaan Kelas Ibu hamil

* Memakai buku KIA sebagai alat (acuan) utama pembelajaran.
* Metode belajar memakai pendekatan cara belajar orang dewasa, yaitu partisipatif interaktif, ceramah, tanya jawab, peragaan/praktek, curah pendapat, penugasan dan simulasi.
* Materi: buku KIA, Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) melalui Stiker P4K, dan alat-alat bantu lain (lembar balik, peralatan KB, boneka bayi, dll).
* Kurikulum: disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi ibu hamil dengan tetap mengutamakan materi pokok. Pada setiap akhir pertemuan dilakukan senam ibu hamil.
* Dari, oleh dan untuk masyarakat: seluruh masyarakat termasuk tokoh-tokoh agama dan masyarakat berperan dalam pelaksanaan Kelas Ibu Hamil.
* Peserta: Ibu hamil dengan umur kehamilan 20-32 minggu. Suami atau keluarga diikutsertakan paling sedikit 1 kali pertemuan. Jumlah peserta maksimum 10 orang setiap kelas.
* Fasilitator/pengajar: Bidan atau petugas kesehatan yang mampu menjadi fasilitator Kelas Ibu Hamil.
* Waktu: disesuaikan dengan kesiapan ibu/bapak/keluarga, bisa pagi atau sore hari
* Frekuensi pertemuan: 3 kali pertemuan atau sesuai hasil kesepakatan antara fasilitator dengan peserta.
* Tempat fleksibel: bisa di Desa (rumah warga), Posyandu, Puskesmas, RB, RS, dll.

Contoh susunan kegiatan:

Materi pertemuan pertama:

- Penjelasan umum Kelas Ibu Hamil dan perkenalan peserta.

- Evaluasi awal: tes materi pertemuan I.

- Materi: Perubahan tubuh selama kehamilan, perawatan kehamilan

- Evaluasi harian dan evaluasi akhir tes materi pertemuan I.

- Senam ibu hamil.


Materi pertemuan kedua:

- Review materi pertemuan I dan hasil evaluasi sebelumnya.

- Evaluasi awal: tes materi pertemuan II.

- Materi: Persalinan, perawatan nifas.

- Evaluasi harian dan evaluasi akhir tes materi pertemuan II.

- Senam ibu hamil.


Materi pertemuan ketiga:

- Review materi pertemuan II dan hasil evaluasi pertemuan II.

- Evaluasi awal: tes materi pertemuan III.

- Materi: Perawatan bayi, mitos, penyakit menular, dan akte kelahiran.

- Evaluasi harian dan evaluasi akhir tes materi pertemuan III.

- Senam ibu hamil.


Contoh Kelas Ibu Hamil yang telah berjalan: di provinsi Sumatera Barat dan Nusa tenggara Barat.


Sumber

Departemen Kesehatan RI kerjasama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA), 2008, Leaflet Kelas Ibu Hamil.

by:dr. Awi Muliadi Wijaya, MKM

Read More......
Read Comments

Pemantauan Tumbuh kembang Growth Monitoring

Growth Monitoring atau Pemantauan Tumbuh Kembang merupakan strategi operational yg bersifat preventif dan promotif

Sasaran: ibu/pengasuh, keluarga, masyarakat

Tujuan
1: pembelajaran bagi ibu/pengasuh utk dpt menggambarkan & mengikuti pertumbuhan anaknya sbg petunjuk yg spesifik, relevan, & praktis utk mendukung pertumbuhan anak scr berkesinambungan



2: merubah perilaku ibu/pengasuh, keluarga, dan masyarakat dgn tujuan utk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan anak scr optimal: (Hendrata, 1992)
dalam hal hal berikut :
  • segi gizi,
  • kesehatan,
  • lingkungan fisik,
  • perkembangan psychosocial,
  • stimulasi intelektual
Aktivitas dasar GM: memonitoring pertumbuhan anak
Caranya dengan pengukuran BB scr periodik  di-plot-kan dlm kurva pertumbuhan
Kegunaan:
dokumentasi & visualisasi pertumbuhan anak
Identifikasi jika terjadi gagal tumbuh
GM merupakan alat yg efektif utk:
memberantas kasus kurang gizi (malnutisi) pd anak (Jonsson, 1993)

Read More......
Read Comments

kehamilan dan persalinan

Menanti kelahiran sang buah hati merupakan hal yang mendebarkan. Apalagi kelahiran anak pertama tentu menjadi kebahagiaan tersendiri bagi pasangan suami-istri. Bagaimana semestinya dilakukan oleh wanita hamil agar bayinya kelak lahir secara sehat? Dan, seperti apakah proses pembuahan sebelum janin lahir?

KEHAMILAN dimulai dari proses pembuahan (konsepsi) sampai sebelum janin lahir. Kehamilan normal berlangsung selama 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari), dihitung mulai dari hari pertama menstruasi terakhir. Untuk menentukan usia kehamilan dapat digunakan rumus Naegele sebagai berikut: Bulan dikurang 3. Tahun ditambah 1. Tanggal ditambah 7 (1 bulan = 30 hari).
Contoh, hari pertama haid terakhir dengan siklus normal jatuh pada tanggal 3 Januari 1998. Persalinan diperkirakan terjadi pada tanggal 10 oktober 1998. Perhitungan tanggal kelahiran dapat juga dilakukan dengan cara, tanggal ditambah 7 hari, bulan ditambah 9, seperti kehamilan cukup bulan yang terhitung 9 bulan 7 hari.
Jika Anda lupa hari pertama haid terakhir, dapat dilakukan perhitungan dengan USG (ultrasonografi/scan ultra sound) beberapa kali pada usia kehamilan dini.
Masa kehamilan dibagi menjadi tiga trimester. Trimester pertama, dimulai dari proses konsepsi sampai usia kehamilan tiga bulan. Trimester Kedua dihitung dari bulan keempat sampai usia kehamilan enam bulan, dan trimester ketiga dihitung dari bulan ketujuh sampai usia kehamilan sembilan bulan.
Pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan. Proses pematangan telur dipengaruhi oleh hormon. Pada setiap bulannya, indung telur wanita usia subur akan menghasilkan satu atau dua telur matang, yang disebut ovum. Sekitar 14 hari sebelum haid akan terjadi proses pelepasan telur yang matang dari indung telurnya. Proses ini dinamakan ovulasi. Telur inilah yang siap untuk dibuahi oleh sebuah sperma. Proses bersatunya inti ovum dan inti sperma disebut konsepsi (pembuahan), yang merupakan awal dari proses kehamilan. Proses terjadinya pembuahan sampai pertumbuhan janin diuraikan berikut ini.
Perkembangan Bayi
Masa haid terakhir selama 5-7 hari. Pada fase ini, seorang wanita harus memperhatikan tanggal dari hari pertama haid terakhir. Penanggalan ini akan digunakan untuk menentukan usia kehamilan menurut rumus Naegele.
Minggu Ke-2 dan Ke-3
Minggu ke-2 dan ke-3 merupakan masa subur, jika siklus seseorang terjadi selama 28-35 hari. Pada fase ini akan terjadi proses ovulasi dan dilanjutkan dengan konsepsi di saluran telur. Hasil konsepsi akan berkembang dengan cara pembelahan sel, mulai dari 1 sel menjadi 2, 4, 8 sampai membentuk sekelompok sel yang bergerak dari saluran telur menuju rongga rahim. Kelompok sel ini akan melekat (bernidasi) pada dinding rahim.
Pada minggu ke-4 kelompok sel akan berkembang menjadi embrio kecil dan melekat pada lapisan dinding rahim. Minggu ke-5, terjadi pembentukan awal embrio (manusia dini) yang sudah memiliki sistem vaskuler (peredaran darah). Pada fase ini, seorang wanita tidak akan mengalami menstruasi (haid terhenti).
Jika dilakukan uji kehamilan secara klinis akan diperoleh hasil yang positif. Pada fase ini pun sudah terbentuk kantong ketuban yang terdiri atas dua selaput tipis. Selaput ini berisi air ketuban tempat bayi terapung di dalam rahim. Air ketuban akan menjaga bayi dari cedera akibat benturan luar selama kehamilan.
Pada minggu ke-6 terbentuk tulang belakang, kepala besar yang mengandung otak rudimenter, bakal tangan kaki, serta soket untuk mata dan telinga. Jantung sedang dibentuk, pada USG akan terdengar denyut jantung yang kuat. Plasenta (ari-ari) tampak lebih besar dari embrio.
Minggu ke-8 terjadi pembentukan semua organ besar dan bagian-bagian organ ginjal. Kelopak mata telah menyatu untuk melindungi kedua matanya. Hidung, telinga, dan jari-jari mulai terbentuk. Kepala mulai menunduk ke arah dada. Wajah dan jari-jari sudah berkembang. Embrio tampak seperti manusia yang meningkat menjadi janin. Pada fase ini sudah terjadi gerakan janin, tetapi terlalu lembut untuk dapat dirasakan oleh sang ibu. Panjang janin mencapai 2,5 cm.
Pada Minggu ke-10 kegiatan jantung janin hampir dapat terdeteksi dengan peralatan yang menggunakan prinsip Doppler ultrasonik. Sirkulasi darah melalui tali pusat. Jari-jari dan kuku sudah terlihat dan ukuran kepala masih belum proporsional.
Minggu ke-12, daun telinga mulai terbentuk, kelopak mata masih melekat, leher dan alat kelamin luar mulai terbentuk. Pada masa ini, ginjal janin mulai berfungsi. Janin sudah lebih aktif, tetapi masih belum dapat dirasakan oleh sang ibu. Berat ari-ari 6 kali berat janin. Kantong ketuban berisi sekitar 100 ml air ketuban. Panjang janin sekitar 9 cm.
Minggu ke-14, rasa nyeri payudara sudah hilang. Kulit putting susu dan sekitar areola akan terlihat lebih gelap. Pada masa ini, perut ibu mulai bertambah gendut dan sudah terlihat hamil.
Minggu ke-16, alat kelamin luar sudah terbentuk, hidung dan telinga tampak jelas, kulit merah, rambut mulai tumbuh, dan semua bagian sudah terbentuk lengkap. Pada masa ini plasenta (ari-ari) sudah terbentuk sempurna, yang merupakan akar janin untuk tumbuh dan berkembang dengan baik dalam rahim. Kadang-kadang terjadi gerakan yang tidak teratur. Pada kehamilan pertama, gerakan semacam ini tidak terasa oleh sang ibu. Rambut-rambut yang halus (lanugo) mulai tumbuh. Berat janin sama dengan berat ari-ari. Pembuluh darah terlihat dengan jelas pada kulit janin yang tipis. Panjang janin mencapai 16-18 cm.
Minggu ke-20, kulit makin tebal, rambut kepala mulai tumbuh, rambut halus (lanugo) mulai tampak. Untuk pertama kalinya, getaran janin mulai dirasakan oleh sang ibu (seperti kepakan sayap kupu-kupu). Jika tidak merasakan adanya gerakan janin, jangan khawatir karena kondisi ini tidak selalu terjadi. Bola dan alis mata sudah tumbuh. Panjang janin sekitar 25 cm.
Minggu ke-22, telinga bagian dalam sempurna. Janin sudah mulai bisa mendengar suara dari luar. Minggu ke-24, kelopak mata terpisah, tumbuh alis dan bulu mata, kulit khas berkerut-kerut, dan lemak tertumpuk di bagian bawahnya. Kepala besar dan panjang janin mencapai 30 cm. Jika janin ini lahir, akan berusaha untuk bernapas, tetapi akan meninggal setelah beberapa jam dilahirkan.
Minggu ke-28, janin dapat mengisap jari. Kulit tipis merah ditutupi lemak yang disebut verniks. Pertumbuhan kepala mulai lambat, ukurannya sebanding dengan ukuran tubuhnya. Organ dalam sudah lengkap. Berat janin mencapai 1.000 gram. Jika janin ini lahir dapat bertahan hidup dengan perawatan khusus. Panjang janin mencapai 35 cm. Pada usia 28 minggu, janin masih leluasa berputar di dalam rahim ibu.
Minggu ke-32, janin masih mempunyai cukup ruang untuk berenang bebas dalam air ketuban, menendang, dan jungkir balik. Sebagian besar, janin akan berada pada posisi siap lahir, yaitu kepala di bawah dan kaki di atas. Kulit janin merah dan keriput. Jika lahir, tampak seperti orang tua kecil (little old man). Panjang janin mencapai 40-43 cm.
Minggu ke-34, cahaya akan tersaring masuk ke dalam rongga rahim. Janin lebih banyak bergerak dan mata berkembang sepenuhnya.
Minggu ke-36, badan menjadi lebih bulat, kerutan di wajah hilang karena lemak menutupi kulit sekeliling bayi dan menutupi wajahnya. Janin yang dikandung oleh sebagian wanita yang hamil untuk pertama kalinya akan mengalami penurunan, yaitu turunnya kepala ke rongga panggul (bayi sudah "turun"). Umumnya testis (buah pelir) janin laki-laki sudah turun ke skrotum. Turunnya buah pelir ini dapat terjadi pula sampai mendekati kelahiran. Pada masa ini disebut bayi prematur. Panjang janin sekitar 46 sentimeter dan beratnya 2,5 kilogram.
Minggu ke-38, tendangan keras berkurang dan kepala janin mulai masuk ke dalam panggul. Minggu ke-40, janin telah berkembang sempurna dan siap lahir. Hari kelahirannya sudah dekat. Secara umum sebagian lanugo sudah hilang, tetapi pelindung verniks masih ada sampai bayi lahir. Umumnya, panjang bayi yang lahir mencapai 48-50 sentimeter (ukuran orang Indonesia) dan berat badannya sekitar 2.750-3.000 gram.


Kehamilan Dan Persalinan

Peristiwa fertilisasi terjadi di saat spermatozoa membuahi ovum di tuba fallopii, terjadilah zigot, zigot membelah secara mitosis menjadi dua, empat, delapan, enam belas dan seterusnya. Pada saat 32 sel disebut morula, di dalam morula terdapat rongga yang disebut blastosoel yang berisi cairan yang dikeluokan oleh tuba fallopii, bentuk ini kemudian disebut blastosit. Lapisan terluar blastosit disebut trofoblas merupakan dinding blastosit yang berfungsi untuk menyerap makanan dan merupakan calon tembuni atau ari-ari (plasenta), sedangkan masa di dalamnya disebut simpul embrio (embrionik knot) merupakan calon janin. Blastosit ini bergerak menuju uterus untuk mengadakan implantasi (perlekatan dengan dinding uterus).
Pada hari ke-4 atau ke-5 sesudah ovulasi, blastosit sampai di rongga uterus, hormon progesteron merangsang pertumbuhan uterus, dindingnya tebal, lunak, banyak mengandung pembuluh darah, serta mengeluarkan sekret seperti air susu (uterin milk) sebagai makanan embrio.
Enam hari setelah fertilisasi, trofoblas menempel pada dinding uterus (melakukan implantasi) dan melepaskan hormon korionik gonadotropin. Hormon ini melindungi kehamilan dengan cara menstrimulasi produksi hormon estrogen dan progesteron sehingga mencegah terjadinya menstruasi. Trofoblas kemudian menebal beberapa lapis, permukaannya berjonjot dengan tujuan memperluas daerah penyerapan makanan. Embrio telah kuat menempel setelah hari ke-12 dari fertilisasi.
1. Pembuatan Lapisan Lembaga
Setelah hari ke-12, tampak dua lapisan jaringan di sebelah luar disebut ektoderm, di sebelah dalam endoderm. Endoderm tumbuh ke dalam blastosoel membentuk bulatan penuh. Dengan demikian terbentuklah usus primitif dan kemudian terbentuk Pula kantung kuning telur (Yolk Sac) yang membungkus kuning telur. Pada manusia, kantung ini tidak berguna, maka tidak berkembang, tetapi kantung ini sangat berguna pada hewan ovipar (bertelur), karena kantung ini berisi persediaan makanan bagi embrio.
Di antara lapisan ektoderm dan endoderm terbentuk lapisan mesoderm. Ketiga lapisan tersebut merupakan lapisan lembaga (Germ Layer). Semua bagian tubuh manusia akan dibentuk oleh ketiga lapisan tersebut. Ektoderm akan membentuk epidermis kulit dan sistem saraf, endoderm membentuk saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan, mesoderm membentuk antara lain rangka, otot, sistem peredaran darah, sistem ekskresi dan sistem reproduksi.

2. Membran (Lapisan Embrio)
Terdapat 4 macam membran embrio, yaitu :
a. Kantung Kuning Telur (Yolk Sac)

Kantung kuning telur merupakan pelebaran endodermis berisi persediaan makanan bagi hewan ovipar, pada manusia hanya terdapat sedikit dan tidak berguna.
b. Amnion

Amnion merupakan kantung yang berisi cairan tempat embrio mengapung, gunanya melindungi janin dari tekanan atau benturan.
c. Alantois

Pada alantois berfungsi sebagai organ respirasi dan pembuangan sisa metabolisme. Pada mammalia dan manusia, alantois merupakan kantung kecil dan masuk ke dalam jaringan tangkai badan, yaitu bagian yang akan berkembang menjadi tall pusat.
d. Korion

Korion adalah dinding berjonjot yang terdiri dari mesoderm dan trofoblas. Jonjot korion menghilang pada hari ke-28, kecuali pada bagian tangkai badan, pada tangkai badan jonjot trofoblas masuk ke dalam daerah dinding uterus membentuk ari-ari (plasenta). Setelah semua membran dan plasenta terbentuk maka embrio disebut janin/fetus.

3. Plasenta atau Ari-Ari
Plasenta atau ari-ari berbentuk seperti cakram dengn garis tengah 20 cm, dan tebal 2,5 cm. Ukuran ini dicapai pada waktu bayi akan lahir tetapi pada waktu hari 28 setelah fertilisasi, plasenta berukuran kurang dari 1 mm. Plasenta berperan dalam pertukaran gas, makanan dan zat sisa antara ibu dan fetus. Pada sistem hubungan plasenta, darah ibu tidak pernah berhubungan dengan darah janin, meskipun begitu virus dan bakteri dapat melalui penghalang (barier) berupa jaringan ikat dan masuk ke dalam darah janin.
Catatan : Makin tua kandungan, jumlah estrogen di dalam darah makin banyak, progesteron makin sedikit. Hal ini berhubungan dengan sifat estrogen yang merangsang uterus untuk berkontraksi, sedangkan progesteron mencegah kontraksi uterus. Hormon oksitosin yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis jugs berperan dalam merangsang kontraksi uterus menjelang persalinan. Progesteron dan estrogen juga merangsang pertumbuhan kelenjar air susu, tetapi setelah kelahiran hormon prolaktin yang dihasilkan kelenjar hipoftsislah yang merangsang produksi air susu.

Read More......
Read Comments

cacingan

CACING perut yang menyebabkan penyakit cacingan memang hidup dan berkembang biak dalam rongga usus halus manusia. “Dalam tiap usus halus manusia, pasti ada cacingnya,” kata dr. Grudug. Cacing perut berupa cacing gelang, cacing tambang dan cacing cambuk dapat mengisap darah dan sari-sari makanan. Dalam jumlah yang besar, akan menimbulkan masalah kesehatan bagi manusia. Karena itu, pola hidup sehat dan higienis serta pemberian obat cacing pada anak dapat menekan berkembang biaknya cacing tersebut, kata dr. Grudug.
Ketiga jenis cacing perut tersebut masing-masing menyebabkan kerugian karena akan mempengaruhi pemasukan, pencernaan, penyerapan dan metabolisme makanan.
Cacing gelang jantan berukuran 10-30 cm sedangkan betina 22-35 cm dan pada stadium dewasa hidup di rongga usus halus. Cacing betina dapat bertelur sampai 100.000-200.000 butir sehari terdiri atas telur yang dibuahi dan tidak dibuahi. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi tumbuh menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang dari tiga minggu. Bentuk infektif ini jika tertelan manusia, akan menetas menjadi larva di usus halus, lalu menembus dinding usus menuju pembuluh darah atau saluran limfa dan dialirkan ke jantung kemudian mengikuti aliran darah ke paru-paru terus menembus dinding pembuluh darah.
Melalui dinding alveolus larva masuk ke rongga alveolus kemudian naik ke trachea melalui bronchiolus dan broncus. Dari trachea larva menuju ke faring sehingga menimbulkan rangsangan batuk kemudian tertelan masuk ke dalam esophagus lalu menuju ke usus halus, tumbuh menjadi cacing dewasa. Proses ini memerlukan waktu kurang lebih dua bulan sejak telur cacing tertelan sampai menjadi cacing dewasa.
Cacing cambuk betina sekitar 5 cm dan yang jantan sekitar 4 cm. Cacing dewasa hidup di kolom asendens dengan bagian anteriornya masuk ke dalam mukosa usus. Satu ekor cacing betina diperkirakan menghasilkan telur sehari sekitar 3000-5000 butir. Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja, telur menjadi matang (berisi larva dan infeksif) dalam waktu 3-6 minggu di dalam tanah yang lembab dan teduh. Cara infeksi langsung terjadi jika telur yang matang tertelan oleh manusia, kemudian larva akan keluar dari telur dan masuk ke dalam usus halus sesudah menjadi dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke kolon asendens dan sekum. “Karenanya, sebaiknya sebelum makan mencuci tangan dengan sabun agar terhindar dari telur-telur cacing akibat aktivitas setiap hari,” dr. Grudug.
Cacing tambang dewasa hidup dirongga usus halus dengan giginya melekat pada mucosa usus. Cacing betina menghasilkan 9000-10.000 butir telur sehari. Cacing betina mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira-kira 0,8 cm, cacing dewasa berbentuk seperti huruf S atau C dan dalam mulutnya ada sepasang gigi. Daur hidup cacing tambang adalah telur cacing akan keluar bersama tinja, setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larva rabditiform.
Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva filariform yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7-8 minggu di tanah. Setelah menembus kulit, larva ikut aliran darah ke jantung terus ke paru-paru. Di paru-paru menembus pembuluh darah masuk ke bronchus lalu ke trachea dan laring,. Dari laring larva ikut tertelan dan masuk ke dalam usus halus dan menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit atau ikut tertelan bersama makanan. Telur dan cacing tersebut keluar bersaamaan dengan tinja dan cacing yang biasa keluar dari anus bersama tinja anak-anak adalah cacing dewasa yang terdesak keluar atau karena memang sudah terlalu banyak.

Mengisap Darah Manusia
Cacing perut ini, kata dr. Grudug, berwarna kuning keputih-putihan, licin dan panjang. Cacing yang yang ekosistemnya ada hidup pada manusia ini bersifat parasit. Bisa berlipat jumlahnya dalam keadaan tertentu, misalnya cukup makannya serta tidak pernah ditanggulangi atau diobati. Cacing merupakan hewan hermaprodit yang mempunyai dua kelamin. Sehingga ia bisa membuat dirinya sendiri berkembangbiak tanpa harus punya pasangan, ujarnya.
Gangguan kesehatan yang disebabkan cacing gelang dewasa biasanya ringan. Kadang penderita mengalami gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare dan konstipasi. Pada infeksi berat, terutama pada anak-anak dapat terjadi gangguan penyerapan makanan. Keadaan yang serius, jika cacing berkembang biak cukup banyak sehingga mengumpal dalam usus dan akan terjadi penyumbatan pada usus.
Cacing cambuk pada manusia terutama hidup di sekum dapat juga ditemukan di dalam kolon asendens. Pada infeksi berat, terutama pada anak cacing ini tersebar di seluruh kolon dan rectum, kadang-kadang terlihat pada mukosa rectum yang mengalami prolapsus akibat mengejannya penderita sewaktu defekasi. Cacing ini memasukan kepalanya ke dalam mukosa usus hingga terjadi trauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usus. Pada tempat melekatnya cacing dapat menimbulkan perdarahan. Di samping itu cacing ini mengisap darah manusia sehingga dapat menyebabkan anemia.
Cacing tambang hidup dalam rongga usus halus tapi melekat dengan giginya pada dinding usus dan mengisap darah. Infeksi cacing tambang menyebabkan kehilangan darah secara perlahan-lahan sehingga penderita mengalami gangguan darah (anemia) akibatnya dapat menyebabkan turunnya gairah kerja serta menurunkan produktifitas. Tetapi kekurangan darah ini biasanya tidak dianggap sebagai cacingan karena kekurangan darah bisa terjadi oleh banyak sebab. - niek



Tanda-tanda Penderita Cacingan

TELUR cacing gelang keluar bersama tinja pada tempat yang lembab dan tidak terkena sinar matahari, telur tersebut tumbuh menjadi infekstif. Infeksi cacing gelang terjadi bila telur yang infektif masuk melalui mulut bersama makanan atau minuman dan dapat pula melalui tangan yang kotor (tercemar tanah dengan telur cacing).
Gejala penyakit cacingan memang tidak nyata dan sering dikacaukan dengan penyakit lain. Tanda klinis penderita cacingan menurut dr. Grudug, perutnya buncit (karena jumlah cacing dan kembung perut) biasanya matanya pucat dan kotor seperti sakit mata (rembes), dan seperti batuk pilek, bulu mata lentik suram, cepat lelah, lesu tak bergairah, konsentrasi belajar kurang, perut sering sakit, diare, nafsu makan kurang dan kalaupun makannya banyak tidak bisa gemuk. “Bisa jadi anak tersebut berbagi makanannya dengan cacing,” katanya. Pada permulaan mungkin ada batuk-batuk dan eosinofelia. Karena orang atau anak masih dapat berjalan dan sekolah atau bekerja, sering kali tidak dianggap sakit, sehingga terjadi salah diagnosis dan salah pengobatan.
Karena gejala klinik yang tidak khas, perlu diadakan pemeriksaan tinja untuk membuat diagnosis yang tepat, yaitu dengan menemukan telur-telur cacing di dalam tinja tersebut. Jumlah telur juga dapat dipakai sebagai pedoman untuk menentukan beratnya infeksi ( dengan cara menghitung telur ). Infeksi cacing cambuk yang ringan biasanya tidak memberikan gejala klinis yang jelas atau sama sekali tanpa gejala.
Sedangkan infeksi yang berat dan menahun terutama pada anak menimbulkan gejala seperti diare, diseneri, anemia, berat badan menurun dan kadang-kadang terjadi prolapsus rectum. Infeksi cacing cambuk yang berat juga sering disertai dengan infeksi cacing lainnya atau protozoa. Diagnosa dibuat dengan menemukan telur di dalam tinja. Sedangkan gejala klinik karena infeksi cacing tambang antara lain lesu, tidak bergairah, konsentrasi belajar menurun, pucat dan anemia.
Telur cacing di tanah membutuhkan kondisi yang lembab dan gembur untuk bertahan. Namun, pada daerah kering telur-telur cacing ini tidak akan mampu bertahan lama. Makin lembab tanahnya maka makin memberi peluang telur-telur cacing tersebut untuk bertahan, tuturnya. Untuk menghindari infeksi dapat dicegah dengan memakai alas kaki, sandal atau sepatu bila keluar rumah.

Enam Bulan Sekali
Untuk mencegah berkembangbiaknya cacing secara leluasa, dapat dilakukan dengan pola hidup sehat dan higienis. Misalnya, mencuci sayuran dan buah dengan air bersih atau mencuci tangan sebelum makan dan mencuci kaki sebelum tidur, dan buang air pada tempatnya (jamban), saran dr. Grudug.
Jika selama ini sebagian orang memberikan obat cacing setiap enam bulan sekali pada balita dan anak, menurutnya, sebaiknya diperiksakan terlebih dahulu. Agar tidak salah dalam memberikan obat racun cacing ini. “Memang sebaiknya setiap enam bulan sekali, periksakan tinja anak lalu berikan obat cacing jika menderita cacaingan,” katanya. Pengobatan diperlukan untuk membunuh cacing-cacing dewasa dalam perut agar tidak menggerogoti sari-sari makanan.
Pengobatan dapat dilakukan secara individu atau masal pada masyarakat. Pengobatan induvidu dapat digunakan bermacam-macam obat misalnya Preparat Piperasin, Pyrantel Pamoate atau Mebendazole Albendazole. Pengobatan masal dapat dipilih obat dengan beberapa persyaratan yaitu, mudah diterima di masyarakat, mempunyai efek samping yang minimum, bersifat polivalen sehingga dapat berkhasiat terhadap beberapa jenis cacing, harganya murah dan terjangkau.

Read More......
Read Comments

kenapa kita harus istirahat, bag 1

INGAT, APAPUN ALASANNYA….
JANGAN BIASAKAN TIDUR TERLALU MALAM

Penemuan Terbaru Mengenai Kanker Hati! Jangan Tidur Terlalu Malam!
Para dokter di National Taiwan Hospital baru-baru ini mengejutkan dunia
kedokteran karena ditemukannya kasus seorang dokter muda berusia 37 tahun
yang selama ini sangat mempercayai hasil pemeriksaan fungsi hati (GOT, GPT),
tetapi ternyata saat menjelang Hari Raya Imlek diketahui positif menderita
kanker hati sepanjang 10 cm!
Selama ini hampir semua orang sangat bergantung pada hasil indeks
pemeriksaan fungsi hati (Liver Function Index). Mereka menganggap bila
pemeriksaan menunjukkan hasil index yang normal berarti semua OK.
Kesalahpahaman macam ini ternyata juga dilakukan oleh banyak dokter
spesialis. Benar-benar mengejutkan, para dokter yang seharusnya memberikan
pengetahuan yang benar pada masyarakat umum, ternyata memiliki pengetahuan
yang tidak benar. Pencegahan kanker hati harus dilakukan dengan cara yang
benar. Tidak ada jalan lain kecuali mendeteksi dan mengobatinya sedini
mungkin, demikian kata dokter Hsu Chin Chuan. Tetapi ironisnya, ternyata
dokter yang menangani kanker hati juga bisa memiliki pandangan yang salah,
bahkan menyesatkan masyarakat, inilah penyebab terbesar kenapa kanker hati
sulit untuk disembuhkan.
Saat ini ada seorang pasien dokter Hsu yang mengeluh bahwa selama satu bulan
terakhir sering mengalami sakit perut dan berat badannya turun sangat
banyak. Setelah dilakukan pemeriksaan supersound baru diketemukan adanya
kanker hati yang sangat besar, hampir 80% dari livernya (hati) sudah
termakan habis. Pasien sangat terperanjat, Bagaimana mungkin… Tahun lalu
baru melakukan medical check-up dan hasilnya semua normal. Bagaimana mungkin
hanya dalam waktu satu tahun yang relatif singkat bisa tumbuh kanker hati
yang demikian besar
Ternyata check-up yang dilakukannya hanya memeriksa fungsi hati. Hasil
pemeriksaan juga menunjukkan normal. Pemeriksaan fungsi hati adalah salah
satu item pemeriksaan hati yang paling dikenal oleh masyarakat. Tetapi item
ini pula yang paling disalahpahami oleh masyarakat kita.

Pada umumnya orang beranggapan bahwa bila hasil index pemeriksaan fungsi
hati menunjukkan angka normal berarti tidak ada masalah dengan hati.
Tetapi pandangan ini mengakibatkan munculnya kisah-kisah sedih karena
hilangnya kesempatan mendeteksi kanker sejak stadium awal. Dokter Hsu
mengatakan, GOT dan GPT adalah enzim yang paling banyak ditemui di dalam
sel-sel hati. Bila terjadi radang hati atau karena satu dan sebab lain
sehingga sel-sel hati mati, maka GOT dan GPT akan lari keluar. Hal ini
menyebabkan kandungan GOT dan GPT di dalam darah meningkat. Tetapi tidak
adanya peningkatan angka GOT dan GPT bukan berarti tidak terjadi pengerasan
pada hati atau tidak adanya kanker hati. Bagi banyak para penderita radang
hati, meski kondisi radang hati mereka telah berhenti, tetapi dalam hati
(liver) mereka telah terbentuk serat-serat dan pengerasan hati. Dengan
terbentuknya pengerasan hati, maka akan mudah sekali untuk timbul kanker
hati.
Selain itu, pada stadium awal kanker hati, index hati juga tidak akan
mengalami kenaikan. Karena pada masa-masa pertumbuhan kanker, hanya sel-sel
di sekitarnya yang diserang sehingga rusak dan mati. Karena kerusakan ini
hanya secara skala kecil maka angka GOT dan GPT mungkin masih dalam batas
normal, katakanlah naik pun tidak akan terjadi kenaikan yang tinggi. Tetapi
oleh karena banyak orang yang tidak mengerti akan hal ini sehingga berakibat
terjadilah banyak kisah sedih.
Penyebab utama kerusakan hati adalah :
1. Tidur terlalu malam dan bangun terlalu siang adalah penyebab paling
utama.
2. Tidak buang air di pagi hari.
3. Pola makan yang terlalu berlebihan.
4. Tidak makan pagi.
5. Terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan.
6. Terlalu banyak mengkonsumsi bahan pengawet, zat tambahan, zat
pewarna, pemanis buatan.
7. Sedapat mungkin kurangi penggunaan minyak goreng saat menggoreng
makanan, hal ini juga berlaku meski menggunakan minyak goreng terbaik
sekalipun seperti olive oil. Jangan mengkomsumsi makanan yang digoreng bila
kita dalam kondisi penat, kecuali dalam kondisi tubuh yang fit.
8. Mengkonsumsi masakan mentah (sangat matang) juga menambah beban
hati.
Sayur mayur dimakan mentah atau dimasak matang 3 / 5 bagian. Sayur yang
digoreng ( di tumis) harus dimakan habis saat itu juga, jangan disimpan.
Kita harus melakukan pencegahan dengan tanpa mengeluarkan biaya tambahan.
Cukup atur gaya hidup dan pola makanan sehari-hari. Perawatan dari pola
makan dan kondisi waktu sangat diperlukan agar tubuh kita dapat melakukan
penyerapan dan pembuangan zat-zat yang tidak berguna sesuai dengan
jadwalnya.
Sebab:
Malam hari pkl 9 - 11 : adalah pembuangan zat-zat tidak berguna/beracun
(de-toxin) di bagian sistem antibodi (kelenjar getah bening). Selama durasi
waktu ini seharusnya dilalui dengan suasana tenang atau mendengarkan musik.
Bila saat itu seorang ibu rumah tangga masih dalam kondisi yang tidak santai
seperti misalnya mencuci piring atau mengawasi anak belajar, hal ini dapat
berdampak negatif bagi kesehatan.
Malam hari pkl 11 - dini hari pkl 1 : saat proses de-toxin di bagian hati,
harus berlangsung dalam kondisi tidur pulas.
Dini hari pkl 1 - 3 : proses de-toxin di bagian empedu, juga berlangsung
dalam kondisi tidur.
Dini hari pkl 3 - 5 : de-toxin di bagian paru-paru. Sebab itu akan terjadi
batuk yang hebat bagi penderita batuk selama durasi waktu ini. Karena proses
pembersihan (de-toxin) telah mencapai saluran pernafasan, maka tak perlu
minum obat batuk agar supaya tidak merintangi proses pembuangan kotoran.
Pagi pkl 5 - 7 : de-toxin di bagian usus besar, harus buang air di kamar
kecil.
Pagi pkl 7 - 9 : waktu penyerapan gizi makanan bagi usus kecil, harus makan
pagi. Bagi orang yang sakit sebaiknya makan lebih pagi yaitu sebelum pkl
6:30. Makan pagi sebelum pkl 7:30 sangat baik bagi mereka yang ingin menjaga
kesehatannya. Bagi mereka yang tidak makan pagi harap merubah kebiasaannya
ini, bahkan masih lebih baik terlambat makan pagi hingga pkl 9 - 10 daripada
tidak makan sama sekali.
Tidur terlalu malam dan bangun terlalu siang akan mengacaukan proses
pembuangan zat-zat tidak berguna. Selain itu, dari tengah malam hingga pukul
4 dini hari adalah waktu bagi sumsum tulang belakang untuk memproduksi
darah. Sebab itulah, tidurlah yang nyenyak dan jangan begadang.

Read More......
Read Comments

Mulailah kurangi Gula


Gula dan makanan-makanan yang bergula tinggi, termasuk minuman-minuman penyegar, dapat menaikkan berat badan, serta menambah tenaga, tetapi kandungan gizinya secara keseluruhan boleh dikatakan sedikit. Bahkan konsumsi gula yang berlebihan dapat menimbulkan berbagai penyakit.
Seperti contoh kasus di negara Jerman,
sekitar 80 milliar Mark ( sekitar 120 ribu milliar rupiah) per tahun
harus dibayar asuransi kesehatan untuk menanggulangi penyakit
yang disebabkan oleh kesalahan dalam penggunaan bahan makanan;
diantaranya adalah terlalu banyak makan makanan bergula.

Tak dapat diragukan bahwa bagi sebagian besar orang "manis" merupakan suatu rasa yang disenangi, bahkan oleh sebagian binatang pun "manis" adalah rasa yang mempunyai daya tarik sendiri. Selanjutnya daya tarik terhadap hal yang manis itu akan terus meningkat, seperti ungkapan umum " lebih manis, lebih menarik". Kecenderungan inipun untuk seorang anak bahkan orang dewasa sekalipun dapat merupakan kecanduan, artinya keinginan akan makanan yang manis akan terus bertambah, jika tidak kita sendiri yang membatasinya. Hal ini terutama jika sejak bayi, makanan-makanan tambahan yang dikenal pertama telah diberi bahan pemanis.

Sejauh ini, bahan pemanis utama yang digunakan manusia adalah "gula", kemudian selanjutnya berkembang bahan-bahan pemanis buatan selain gula. Dengan bahan pemanis ini banyak orang menggunakannya sebagai hadiah bagi anak-anak untuk suatu prestasi tertentu atau sebagai ungkapan rasa cinta. Hal ini selanjutnya dimanfaatkan oleh para industriawan yang khususnya bergerak dalam bidang makanan-makanan bergula (convectionery), seperti permen, coklat, minuman, kue-kue dsb. Mereka menghubungkan segi iklan (promosinya) antara "kemanisan" dengan cinta, keberuntungan, pengertian, kemudahan dan berbagai daya tarik yang menyebabkan kita lebih terpikat dengan produk-produk berkadar gula tinggi tersebut.

Apa itu "gula" ?

Pengertian gula dapat dibedakan, pertama, sebagai gula sehari-hari yang ditambahkan dalam bahan makanan, yang telah diisolasi dari suatu bahan tertentu, kedua sebagai gula yang terkandung secara alami dalam bahan makanan, seperti buah-buahan, sayuran, susu dan sebagainya, ketiga sebagai gula yang terkandung dalam darah.

Gula yang biasa kita gunakan dikenal dalam istilah kimia sebagai sukrosa yang diperoleh dari tebu atau nira dengan suatu rantai proses industri yang cukup panjang. Selain itu dikenal pula gula anggur (dekstrosa), gula buah (fruktosa), sirop glukosa, maltodekstrin, maltosa, gula susu (laktosa). Adapun kemanisan jenis-jenis gula di atas berbeda-beda, seperti yang terlihat pada Tabel 1.

Gula tidak mengandung vitamin, tidak ada serat kasar, hanya sejumlah kecil mineral, akan tetapi mengandung kalori 394 kkal dalam 100 gram bahan. Sepintas dapat dikatakan gula adalah sumber kalori, yang miskin nilai gizinya. Semua bahan-bahan yang bernilai misalnya vitamin, mineral dan sebagainya hilang selama proses pemurnian gula, hingga akhirnya yang tersisa suatu bahan yang telah terisolasi, dan suatu konsentrat yang telah terdenaturasi.


Tabel 1. Nilai kemanisan jika dibandingkan dengan sukrosa (1,0)

Jenis bahan pemanis Nilai Kemanisan

Fruktosa 1.2
Gula Invert 1.1
Sorbosa 0.8
Glukosa 0.7
Sorbit 0.5
Maltosa 0.4
Laktosa 0.3
Xylit 0.95
Cyclamat 1.5 - 2.0
Sacharin 2.0 - 7.0


Butuhkah tubuh sejumlah "gula" ?

Pada dasarnya manusia memerlukan sejumlah gula sebagai sumber energi bagi sel-sel tubuh dan otak, demi menjaga kelangsungan metebolisma, pertukaran zat yang diproduksi sendiri dalam tubuh serta pembongkaran karbohidrat dari pati biji-bijian, kentang, kacang-kacangan, sayuran, buah-buahan dsb. dalam usus untuk menjadi gula. Pencernaan dari pati menjadi gula berjalan lambat. Selanjutnya gula yang terbentuk dari pati tersebut disalurkan melalui darah. Berlainan dengan proses di atas, gula yang dikonsumsi langsung akan lebih mudah tercerna dan cepat ditransportasikan ke dalam darah. Supaya gula dari darah dapat ditransportasikan ke dalam sel tubuh dan otak, maka tubuh akan mengeluarkan hormon insulin, bersamaan dengan itu optik gula darah akan turun. Reaksi dalam tubuh inilah yang menyebabkan "lapar akan kemanisan". Jika kita tambah lagi memakan gula, bukan berarti bahwa kita kemudian terbebas dari "lapar akan kemanisan, tapi bahkan sebaliknya, karena berikutnya akan terjadi pembebasan hormon insulin kembali, dan siklus tersebut akan mulai dari awal lagi. Terjadilah apa yang disebut "ketagihan akan hal yang manis".

Banyak orang mempertanyakan , "apakah ketagihan gula itu bawaan dari lahir ?". Pada dasarnya manusia sejak dari kandungan sudah dikenalkan dengan rasa manis, karena dalam air ketuban dan air susu ibupun agak sedikit manis. Akan tetapi selanjutnya "kegemaran" akan hal yang manis berkembang dimulai dari makanan bayi yang dibubuhi gula, teh yang bergula, susu yang ditambahkan gula, biskuit-biskuit dsb.

Organisasi Pangan Masyarakat Jerman (DGE) menyarankan kebutuhan kalori bagi wanita dewasa per hari sekitar 2000 kalori, laki-laki dewasa 2400 kalori, dan untuk gula tidak lebih dari 10 persennya, berarti sekitar 200 - 240 kalori, kalau kita bandingkan adalah sekitar 1/2 batang coklat Silver Quin atau 1/2 liter Coca cola. Para pakar ilmu pangan bahkan menyarankan, sebaiknya penggunaan gula per hari tidak dalam batas maksimum, karena dalam berbagai bahan pangan lainnya yang dikonsumsi, terkandung pula sejumlah gula.

Gula untuk menjadi kalori di dalam tubuh tidak dapat bekerja secara optimal, ia memerlukan suatu jenis vitamin, yaitu vitamin B1 untuk menstimulir perubahan gula menjadi kalori. Siapa yang secara teratur mengkonsumsi makanan bergula, maka harus pula makan makanan yang bergizi yang mengandung vitamin B1, seperti halnya produk-produk biji-bijian yang masih mengandung kulit arinya, kentang, sayuran dsb. Kekurangan Vitamin B1 tersebut dapat menyebabkan lemahnya konsentrasi, mudah lelah, mudah panik, menjadi peka dan mudah tersinggung. Sehingga dapat dikatakan gula bukan sebagai makanan penghilang stress/nervous yang seperti selama ini menjadi anggapan sebagian orang. Akan tetapi 1-2 permen dikala "stress" dapat mempertahankan agar optik gula darah tidak rusak, sehingga menghindarkan serangan jantung tiba-tiba (infrak).

Kita tidak harus berkorban dengan tidak sama sekali makan-makanan bergula. Satu potong coklat atau kue bergula, secara normal tidak akan mengganggu kesehatan. Akan tetapi jika kegemaran akan hal yang manis (gula) ini terus bertambah, hanya kita sendiri yang dapat membatasinya.


Dampak apa yang timbul jika mengkonsumsi gula berlebihan ?

Terlalu banyak mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung gula dapat menimbulkan dampak-dampak yang merugikan, antara lain : karies pada gigi, gangguan pada pencernaan khususnya pada usus, kelebihan berat badan (gemuk), terasa sakit pada persendian, darah tinggi, penyakit jantung dsb.

Melalui ketidak teraturan pemeliharaan gigi (setelah mengkonsumsi makanan bergula) akan menghasilkan lapisan kotoran di gigi. Melalui pembongkaran karbohidrat akan menghasilkan asam, yang dapat merusak lapisan email gigi dan meninggalkan pengkapuran (lapisan karies) pada gigi. Kecenderungan di atas lebih besar lagi, jika mengkonsumsi makanan bergula yang mengandung asam juga seperti Cola, minuman asam yang bergula atau makanan lain yang merupakan suatu kombinasi antara pati dan asam. Susu dapat menetralisir asam tersebut , jika dikonsumsi secara intensif, sama seperti memperbanyak air liur, melalui pengunyahan yang intensif. Oleh karena itu sebaiknya setelah mengkonsumsi makanan bergula atau kombinasi dari bahan-bahan pati dan asam, segera menyikat gigi, sehingga tidak ada yang tertinggal di gigi.

Menurut Dr. Günter Wiederman, Univ. Klinik Lubeck, Jerman, bahwa gula dapat memperbanyak atau menjaring flora (mikroba) usus dan merupakan makanan bagi jamur di usus. Dan selanjutnya apa yang terjadi ?. Jika jamur dalam usus berkembang biak mengakibatkan tidak berfungsinya usus secara normal, dan dalam kasus yang sangat parah dapat menyebabkan kematian.

Penggunaan makanan bergula tinggi dalam waktu yang lama tanpa disertai keseimbangan dalam gerak dapat mempertinggi pembentukan lemak dalam darah, selanjutnya dapat menaikkan arteriosklerose (gangguan pada arteri jantung) dan juga risiko serangan jantung mendadak.

Gula dan makanan bergula tinggi, termasuk sirop dan minuman penyegar, dapat menyebabkan kelebihan berat, karena seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa gula mengandung kalori yang cukup tinggi akan tetapi nilai gizinya sangat sedikit sehingga terjadi ketidakseimbangan energi, karena kita memakan lebih dari jumlah yang dibutuhkan. Kelebihan tersebut jika jika terjadi terus menerus akan diubah menjadi lemak dalam tubuh, dan inilah yang disebut kelebihan berat atau dalam istilah sehari-harinya disebut kegemukan. Selanjutnya efek samping yang timbul akibat kelebihan berat adalah karena gangguan pada sirkulasi lemak, sirkulasi darah, penyakit gula (diabetes), nyeri pada persendian. Satu ungkapan yang sering didengungkan oleh ahli pangan maupun kesehatan adalah "makan tidak perlu terlalu banyak, namun berkualitas tinggi", dapat kita terapkan pula dalam mengkonsumsi makanan bergula tersebut. Artinya cukuplah kita mengkonsumsi gula secukupnya saja.



Bagaimana dengan Bahan Pemanis lain sebagai pengganti gula ?

Bahan seperti fruktosa, sorbit, xylit, laktat dan maltat dapat digunakan sebagai bahan pengganti gula. Masing-masing bahan di atas mempunyai kemanisan yang berbeda-beda jika dibandingkan dengan sukrosa (lihat Tabel 1). Akan tetapi gula tersebut bukan bebas kalori sama sekali serta tetap mengisyaratkan adanya ketergantungan akan hormon insulin. Gula jenis fruktosa (yang lebih manis dari gula biasa atau sukrosa) disarankan bagi orang penderita penyakit gula (diabet). Bahan-bahan pengganti gula tersebut dalam jumlah tertentu, terutama bagi anak-anak dapat menyebabkan diare (mencret). Akan tetapi bahan diatas bagi gigi tidak berbahaya, karena mikroorganisma tidak dapat mengubahnya menjadi asam. Bila anda mempunyai produk "tanpa gula", akan tetapi terasa manis, maka lihatlah daftar penyusunnya, biasanya mengandung bahan pengganti gula seperti di atas atau bahan pemanis buatan.


Bahan pemanis buatan adalah bahan pemanis yang dihasilkan melalui reaksi-reaksi kimia organik di laboratorium atau dalam skala industri, boleh juga dikatakan diperoleh secara sintetis, dan tidak menghasilkan kalori seperti halnya bahan pengganti gula. Kebanyakan bahan pemanis itu campuran dari Sakarin dan Siklamat. Organisasi Pangan Dunia (WHO) telah menetapkan batas-batas yang disebut ADI werte (kebutuhan per orang tiap harinya), yaitu sejumlah yang dapat dikonsumsi tanpa menimbulkan resiko. Nilai ini untuk orang dewasa tidak terlalu banyak berarti, tetapi bagi anak-anak relatif menimbulkan kepekaan yang besar. Untuk sakarin batas tersebut adalah 5 mg per berat badan, adapun untuk siklamat 11 mg per kg berat badan, artinya jika 1 tablet mengandung 16,5 mg sakarin atau 70 mg siklamat, maka untuk seorang yang berberat badan 70 kg jumlah yang disarankan untuk dikonsumsinya per hari tidak lebih dari 21 tablet sakarin atau 11 tablet siklamat.

Bahan pemanis buatan Aspartam, dalam bahasa industrinya Nutra sweet, Canderel dan Assugrin Nutra Sweet. Aspartam dihasilkan dari asam amino, tidak tahan panas, dan tidak boleh digunakan berlebihan, terutama bagi mereka yang mempunyai kepekaan tinggi terhadapnya, karena dapat menimbulkan gangguan tidur dan migrain. Untuk orang yang menderita kelainan dalam pencernaan protein seperti Phenilketonuria, harus menjauhi bahan pemanis ini, karena mengandung bahan pembentuk protein Phenilalanin yang tak dapat dicerna oleh penderita di atas. Akibatnya adalah mendapat gangguan pada sistim syaraf pusat. Dalam dunia industri aspartam banyak digunakan pada minuman-minuman penyegar.

Bahan pemanis buatan lain yang mempunyai kemanisan mirip aspartam adalah Acesulfam dengan nama industrinya Sunett. Bahan pemanis ini sejak tahun 1990 diproduksi dalam jumlah cukup banyak.

Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan melalui binatang-binatang percobaan, misalnya di Institut Kanker Nasional di Amerika, bahwa efek langsung bahan pemanis buatan ini sebagai penyebab kanker seperti yang selama ini diduga orang adalah sangat kecil. Akan tetapi dalam penggunaannya tetap harus berhati-hati, tidak terlalu berlebihan artinya dalam dosis yang tinggi karena tetap dapat mengakibatkan adanya gejala-gejala kanker dalam waktu relatif lama. Menurut salah satu pakar Teknologi Pangan yang juga pegawai FDA (Food Drug Administration), efek yang ditimbulkan pemanis buatan itu tidak langsung, mungkin harus menunggu 20 atau 30 tahun kemudian. Akan tetapi ada keterkaitan antara mereka yang merokok dan mengkonsumsi sakarin dalam jumlah banyak dan sering, yaitu tingginya risiko terserang kanker. Bagi anak-anak sebaiknya bahan pemanis buatan ini dihindari, selain tidak mengandung kalori, juga tidak bernilai gizi.

Banyak produk diiklankan dengan kalimat-kalimat "rendah kalori", "bebas gula", "ringan" dsb, akan tetapi bahan pemanis lainnya tetap terkandung di dalamnya. Sehingga kita sebagai konsumen jangan mudah tertipu dengan kata-kata "manis" yang berhubungan dengan "bahan pemanis", karena "yang manis, tidak selalu manis dalam kesehatan".


Göttingen, 18 Juli 1996



Daftar Pustaka

# Anonimous, 1994. Lebensmittel Zutaten Liste. Verbraucher Zentrale Hamburg e.V. Hamburg.
# Gasper, Heidi et al. 1981. Chemie in Lebensmittel. Katalyse-Umweltgruppe e.V. Köln. Köln.
# Szwillus, Marlisa. l989. 1 x 1 der richtigen Ernährung. BLV Verlagsgesellschaft mbH, München.
# Walter, Angelika. 1994. Bärenstarke Kinderkost. Verbraucher Zentrale Nordheim Westfalen e.V. Düsseldorf.

Read More......
Read Comments