cacingan

CACING perut yang menyebabkan penyakit cacingan memang hidup dan berkembang biak dalam rongga usus halus manusia. “Dalam tiap usus halus manusia, pasti ada cacingnya,” kata dr. Grudug. Cacing perut berupa cacing gelang, cacing tambang dan cacing cambuk dapat mengisap darah dan sari-sari makanan. Dalam jumlah yang besar, akan menimbulkan masalah kesehatan bagi manusia. Karena itu, pola hidup sehat dan higienis serta pemberian obat cacing pada anak dapat menekan berkembang biaknya cacing tersebut, kata dr. Grudug.
Ketiga jenis cacing perut tersebut masing-masing menyebabkan kerugian karena akan mempengaruhi pemasukan, pencernaan, penyerapan dan metabolisme makanan.
Cacing gelang jantan berukuran 10-30 cm sedangkan betina 22-35 cm dan pada stadium dewasa hidup di rongga usus halus. Cacing betina dapat bertelur sampai 100.000-200.000 butir sehari terdiri atas telur yang dibuahi dan tidak dibuahi. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi tumbuh menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang dari tiga minggu. Bentuk infektif ini jika tertelan manusia, akan menetas menjadi larva di usus halus, lalu menembus dinding usus menuju pembuluh darah atau saluran limfa dan dialirkan ke jantung kemudian mengikuti aliran darah ke paru-paru terus menembus dinding pembuluh darah.
Melalui dinding alveolus larva masuk ke rongga alveolus kemudian naik ke trachea melalui bronchiolus dan broncus. Dari trachea larva menuju ke faring sehingga menimbulkan rangsangan batuk kemudian tertelan masuk ke dalam esophagus lalu menuju ke usus halus, tumbuh menjadi cacing dewasa. Proses ini memerlukan waktu kurang lebih dua bulan sejak telur cacing tertelan sampai menjadi cacing dewasa.
Cacing cambuk betina sekitar 5 cm dan yang jantan sekitar 4 cm. Cacing dewasa hidup di kolom asendens dengan bagian anteriornya masuk ke dalam mukosa usus. Satu ekor cacing betina diperkirakan menghasilkan telur sehari sekitar 3000-5000 butir. Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja, telur menjadi matang (berisi larva dan infeksif) dalam waktu 3-6 minggu di dalam tanah yang lembab dan teduh. Cara infeksi langsung terjadi jika telur yang matang tertelan oleh manusia, kemudian larva akan keluar dari telur dan masuk ke dalam usus halus sesudah menjadi dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke kolon asendens dan sekum. “Karenanya, sebaiknya sebelum makan mencuci tangan dengan sabun agar terhindar dari telur-telur cacing akibat aktivitas setiap hari,” dr. Grudug.
Cacing tambang dewasa hidup dirongga usus halus dengan giginya melekat pada mucosa usus. Cacing betina menghasilkan 9000-10.000 butir telur sehari. Cacing betina mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira-kira 0,8 cm, cacing dewasa berbentuk seperti huruf S atau C dan dalam mulutnya ada sepasang gigi. Daur hidup cacing tambang adalah telur cacing akan keluar bersama tinja, setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larva rabditiform.
Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva filariform yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7-8 minggu di tanah. Setelah menembus kulit, larva ikut aliran darah ke jantung terus ke paru-paru. Di paru-paru menembus pembuluh darah masuk ke bronchus lalu ke trachea dan laring,. Dari laring larva ikut tertelan dan masuk ke dalam usus halus dan menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit atau ikut tertelan bersama makanan. Telur dan cacing tersebut keluar bersaamaan dengan tinja dan cacing yang biasa keluar dari anus bersama tinja anak-anak adalah cacing dewasa yang terdesak keluar atau karena memang sudah terlalu banyak.

Mengisap Darah Manusia
Cacing perut ini, kata dr. Grudug, berwarna kuning keputih-putihan, licin dan panjang. Cacing yang yang ekosistemnya ada hidup pada manusia ini bersifat parasit. Bisa berlipat jumlahnya dalam keadaan tertentu, misalnya cukup makannya serta tidak pernah ditanggulangi atau diobati. Cacing merupakan hewan hermaprodit yang mempunyai dua kelamin. Sehingga ia bisa membuat dirinya sendiri berkembangbiak tanpa harus punya pasangan, ujarnya.
Gangguan kesehatan yang disebabkan cacing gelang dewasa biasanya ringan. Kadang penderita mengalami gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare dan konstipasi. Pada infeksi berat, terutama pada anak-anak dapat terjadi gangguan penyerapan makanan. Keadaan yang serius, jika cacing berkembang biak cukup banyak sehingga mengumpal dalam usus dan akan terjadi penyumbatan pada usus.
Cacing cambuk pada manusia terutama hidup di sekum dapat juga ditemukan di dalam kolon asendens. Pada infeksi berat, terutama pada anak cacing ini tersebar di seluruh kolon dan rectum, kadang-kadang terlihat pada mukosa rectum yang mengalami prolapsus akibat mengejannya penderita sewaktu defekasi. Cacing ini memasukan kepalanya ke dalam mukosa usus hingga terjadi trauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usus. Pada tempat melekatnya cacing dapat menimbulkan perdarahan. Di samping itu cacing ini mengisap darah manusia sehingga dapat menyebabkan anemia.
Cacing tambang hidup dalam rongga usus halus tapi melekat dengan giginya pada dinding usus dan mengisap darah. Infeksi cacing tambang menyebabkan kehilangan darah secara perlahan-lahan sehingga penderita mengalami gangguan darah (anemia) akibatnya dapat menyebabkan turunnya gairah kerja serta menurunkan produktifitas. Tetapi kekurangan darah ini biasanya tidak dianggap sebagai cacingan karena kekurangan darah bisa terjadi oleh banyak sebab. - niek



Tanda-tanda Penderita Cacingan

TELUR cacing gelang keluar bersama tinja pada tempat yang lembab dan tidak terkena sinar matahari, telur tersebut tumbuh menjadi infekstif. Infeksi cacing gelang terjadi bila telur yang infektif masuk melalui mulut bersama makanan atau minuman dan dapat pula melalui tangan yang kotor (tercemar tanah dengan telur cacing).
Gejala penyakit cacingan memang tidak nyata dan sering dikacaukan dengan penyakit lain. Tanda klinis penderita cacingan menurut dr. Grudug, perutnya buncit (karena jumlah cacing dan kembung perut) biasanya matanya pucat dan kotor seperti sakit mata (rembes), dan seperti batuk pilek, bulu mata lentik suram, cepat lelah, lesu tak bergairah, konsentrasi belajar kurang, perut sering sakit, diare, nafsu makan kurang dan kalaupun makannya banyak tidak bisa gemuk. “Bisa jadi anak tersebut berbagi makanannya dengan cacing,” katanya. Pada permulaan mungkin ada batuk-batuk dan eosinofelia. Karena orang atau anak masih dapat berjalan dan sekolah atau bekerja, sering kali tidak dianggap sakit, sehingga terjadi salah diagnosis dan salah pengobatan.
Karena gejala klinik yang tidak khas, perlu diadakan pemeriksaan tinja untuk membuat diagnosis yang tepat, yaitu dengan menemukan telur-telur cacing di dalam tinja tersebut. Jumlah telur juga dapat dipakai sebagai pedoman untuk menentukan beratnya infeksi ( dengan cara menghitung telur ). Infeksi cacing cambuk yang ringan biasanya tidak memberikan gejala klinis yang jelas atau sama sekali tanpa gejala.
Sedangkan infeksi yang berat dan menahun terutama pada anak menimbulkan gejala seperti diare, diseneri, anemia, berat badan menurun dan kadang-kadang terjadi prolapsus rectum. Infeksi cacing cambuk yang berat juga sering disertai dengan infeksi cacing lainnya atau protozoa. Diagnosa dibuat dengan menemukan telur di dalam tinja. Sedangkan gejala klinik karena infeksi cacing tambang antara lain lesu, tidak bergairah, konsentrasi belajar menurun, pucat dan anemia.
Telur cacing di tanah membutuhkan kondisi yang lembab dan gembur untuk bertahan. Namun, pada daerah kering telur-telur cacing ini tidak akan mampu bertahan lama. Makin lembab tanahnya maka makin memberi peluang telur-telur cacing tersebut untuk bertahan, tuturnya. Untuk menghindari infeksi dapat dicegah dengan memakai alas kaki, sandal atau sepatu bila keluar rumah.

Enam Bulan Sekali
Untuk mencegah berkembangbiaknya cacing secara leluasa, dapat dilakukan dengan pola hidup sehat dan higienis. Misalnya, mencuci sayuran dan buah dengan air bersih atau mencuci tangan sebelum makan dan mencuci kaki sebelum tidur, dan buang air pada tempatnya (jamban), saran dr. Grudug.
Jika selama ini sebagian orang memberikan obat cacing setiap enam bulan sekali pada balita dan anak, menurutnya, sebaiknya diperiksakan terlebih dahulu. Agar tidak salah dalam memberikan obat racun cacing ini. “Memang sebaiknya setiap enam bulan sekali, periksakan tinja anak lalu berikan obat cacing jika menderita cacaingan,” katanya. Pengobatan diperlukan untuk membunuh cacing-cacing dewasa dalam perut agar tidak menggerogoti sari-sari makanan.
Pengobatan dapat dilakukan secara individu atau masal pada masyarakat. Pengobatan induvidu dapat digunakan bermacam-macam obat misalnya Preparat Piperasin, Pyrantel Pamoate atau Mebendazole Albendazole. Pengobatan masal dapat dipilih obat dengan beberapa persyaratan yaitu, mudah diterima di masyarakat, mempunyai efek samping yang minimum, bersifat polivalen sehingga dapat berkhasiat terhadap beberapa jenis cacing, harganya murah dan terjangkau.

Read More......
Read Comments